Blogroll

aqsamul qur'an

Pendahuluan
            Kesiapan jiwa setia individu dalam menerima kebenaran dan tunduk terhadap cahayanya itu berbeda-beda. Jiwa yang jernih  yang fitrahnya tidak ternoda kejahatan akan segera menyambut petunjuk dan membukakan pintu hati bagi sinarnya serta berusaha mengikutinya sekalipun petunjuk itu sampai kepadanya hanya sepintas kilas. Sedang jiwa yang tertutup awan kejahilan dan diliputi gelapnya kebatilan tidak akan tergoncang hatinya kecuali dengan pukulan peringatan dan bentuk kalimat yang kuat lagi kokoh, sehingga dengan demikian, barulah tergoncang keingkarannya itu. Qasam (sumapah) dalam pembicaraan, termasuk salah satu uslub pengokohan kalimat yang diselingi dengan bukti konkrit dan dapat menyeret lawan untuk mengakui apa yang diingkarinya.
















A. Pengertian Aqsamul Qur’an
Menurut bahasa Aqsam adalah bentuk jamak dari Qasam yang artinya sumpah. Adapun kata yang memiliki arti sama dengan kata aqsam adalah yamin dan al-half . tentang yamin, Ibrahim mengatakan bahwa qasam sama dengan yamin bermakna sumpah. Qasam didefinisikan sebagai “mengikat hati jiwa (hati) agar tidak melakukan atau melakukan sesuatu, dengan suatu makna yang dipandang besar, agung, baik secara hakiki maupun secara i’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu. Bersumpah juga dinamakan yamin (tangan kanan) karena orang arab ketika bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya. Selain qasam sama dengan yamin, qasam sama dengan half. Didalam al-qur’an ungkapan untuk memaparkan sumpah ada kalanya menggunakan aqsama yang disebutkan sebanyak 22 kali, adakalanya juga menggunakan halafa sebanyak 13 kali.[1]Adapun menurut terminologi yang dimaksud dengan aqsamul qur’an ialah yang membicarakan tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam ayat-ayat al-qur’an.[2]
Aqsam ialah mengucapkan kalimat sumpah. Bersumpah merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh manusia dalam rangka meyakinkan orang lain bahwa dia berada diatas kebenaran. Artinya dia bersungguh-sungguh sedang serius, tidak berbohong atau bergurau atau sebagainya. Dengan ucapan kalimat oleh seseorang maka orang lain yang awalnya ragu atau tidak percaya tentang informasi yang disampaikannya, menjadi percaya dan meyakini berita yang dibawanya. Jika demikian halnya, maka sumpah boleh disebut suatu mekanisme yang teramat penting dalam berkomunikasi  antar sesama manusia sebab kepercayaan orang lain sangat diperlukan. Manusia dengan segala kekurangan keterbatasannya sulit sekali membebaskan dirinya secara penuh dari kesalahan. Inilah cikal bakal lahirnya perbuatan dosa darinya. Dalam upaya  membela dirinya dari kesalahan dan kealpaan itu, maka salah satu  mekanisme yang harus ditempuhnya ialah bersumpah atas nama Allah.
B. Unsur-unsur Aqsam dan Ungkapannya
1. Fi’il (kata kerja) transitif dengan diawali huruf Ba’ sighat qasam baik bentuk “اقسم” atau ” حلف” tidak berfungsi  tanpa dita’diahkan dengan huruf ba.
2. Muqsam bih adalah lafazh yang terletak sesudah qasam yang dijadikan sebagai sandaran sumpah yang disebut juga sebagai syarat. Tampak ada dua hal yang dijadikan Allah untuk bersumpah, yaitu diri-Nya sendiri dan makhluk-Nya. Apabila Allah bersumpah dengan diri-Nya, maka itu adalah untuk menunjukkan keagungan dan kekuasaan-Nya sementara jika Allah bersumpah dengan sebagian makhluk-Nya, menurut Ibnu Qayyim, iu menunjukan bahwa makhluk tersebut merupakan salah satu diantara ayat-ayat kebesaran-Nya.[3]
     Didalam al-qur’an, Allah bersumpah dengan diri-Nya sendiri pada  tujuh tempat, yaitu:[4]
a.       Surat As-sabba 3
 وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَأْتِينَا السَّاعَةُ قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ عَالِمِ الْغَيْبِ لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا أَصْغَرُ مِن ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرُ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ -٣  
“Dan orang-orang kafir berkata, hari berbangkit itu tidak akan datang  kepada kami. Katakanlah, pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang gaib, sesungguhnya kiamat itu pasti datang kepadamu”.   (QS As-Sabba: 3)
b.      Surah Yunus 53
وَيَسْتَنبِئُونَكَ أَحَقٌّ هُوَ قُلْ إِي وَرَبِّي إِنَّهُ لَحَقٌّ وَمَا أَنتُمْ بِمُعْجِزِينَ -٥٣-
“Dan mereka akan menanyakan kepadamu, benarka (azab yan dijanjikan) itu? Katakanlah: “Ya, demi tuhanku, sesungguhnya azab itu pasti benr dan kamu sekali kali tidak dapat menghindar”. (QS: Yunus: 53)
c.       Surah Ath-Thagabun 7
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن لَّن يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ -٧-
“Orang-orang kafir mengira, bahwa nereka itu tidak akan dibangkitkan. Katakanlah (Muhammad), “tidak demikian, demi tuhanku, kamu pasti dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah kamu kerjakan” demikian itu mudah bagi Allah” (QS: At-Tagabun: 7)
d.      Surah Maryam 68
فَوَرَبِّكَ لَنَحْشُرَنَّهُمْ وَالشَّيَاطِينَ ثُمَّ لَنُحْضِرَنَّهُمْ حَوْلَ جَهَنَّمَ جِثِيّا
“Maka Demi Tuhanmu, sungguh pasti akan Kami kumpulkan mereka bersama setan, kemudian pasti kami datangkan mereka keseliling jahannam yang berlutut”. (QS: Maryam: 68)
e.       Surah al-Hijr 92
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ
“Demi tuhanmu Kami pasti akan menanyai mereka semua”. (QS: al-Hijr: 92)
f.       Surah an-Nisa 65
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ
“Maka Demi Tuhanku, maka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan Kami hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan”. (QS: An-Nisa:65)
g.      Surah al-Ma’arij 40
فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ
Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat, sungguh kami pasti mampu.(QS: al-Ma’arij: 40)
Seluruh sumpah yang terdapat dalam al-qur’an, Allah bersumpah dengan makhluk-makhluknya.[5]
a.       Surah Asy-syams 1-2
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا)١( وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا )٢(
“Demi matahari dan cahaya dipagi hari. Dan bulan apabilamengirinya”. QS: Asy-Syams:1-2)
b.      Surah al-Lail 1-3
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى )١( وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى )٢( وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى )٣(
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). Dan siang apabila terang benderang. Dan diciptakan laki-laki dan perempuan”.(QS: al-Lail: 1-3)
c.       Surah al-Fajr 1-2
وَالْفَجْرِ )١( وَلَيَالٍ عَشْرٍ )٢(
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh”. (QS: Al-Fajr: 1-2)
d.      Surah at-Takwir 15
فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ )١٥(
“Sungguh aku bersumpah dengan bintang-bintang”. (QS: At-Takwir: 15)
e.       Surah at-Tiin 1-2
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ )١( وَطُورِ سِينِينَ )٢(
“Demi buah tin dan buah zaitun dan  Demi bukit Tursina” (QS: At-Tiin:1-2)
3.        Muqsam ‘alaih (Jawab qasam)
      Adapun menjadi muqsam alaih biasanya dipakai hal-hal yang patut untuk itu seperti masalah yang gaib atau hal-hal yang abstrak. Adapun  benda-benda seperti matahari, langit, masa dan sebagainya digunakan muqsam bih tidak muqsam alaih sesuatu yang dilakukan sumpah atau kata lain terhadapnya, sesuatu yang diperkuat dengan sumpah. Untuk itu, tidak tepat difungsikan.
      Sumpah didalam al-qur’an maka dijumpai muqsam alaih (jawab qasam) terdiri atas beberapa macam, yaitu:
a.     Ketauhidan (ash-Shaffat 1-4)
b.    Kebenaran al-qur’an (al-Waqi’ah 75-77)
c.     Kebenaran Rasulullah (Yasin 1-3)
d.   Kebenaran adanya pembalasan, janji, ancaman (al-Mursalat 1-7)
e.     Keadaan manusia (at-Tin 1-4)[6]
4. Adat aqsam (alat untuk bersumpah), yaitu ba, ta,dan wa  yaitu sighat yang digunakan untuk menunjukkan qasam, baik dalam bentuk huruf maupun kata, seperti aqsama dan halafa dengan idom ba.[7]
C. Macam-Macam Aqsam
1. Qasam dzahir, yaitu qasam yang fiil qasam dan muqsam bihnya lebih jelas terlihat dan disebutkan, atau qasam yang fiil qasamnya tidak disebutkan, tetapi diganti dengan huruf qasam yaitu, ba, ta, dan wawu. Didalam beberapa tempat, terdapat fiil qasam yang didahului dengan la nafiyah (لا) .[8]
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ )١( وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ )٢(
“Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan aku bersumpah dengan jiwa yang menyesali (dirinya sendiri)”. (QS: Al-Qiyamah: 1-2)
2.Qasam Mudmar, yaitu qasam yang fiil qasam dan muqsam bihnya tidak jelas dan tidak disebutkan, tetapi keberadaanya ditunjukkan oleh lam muakkidah (lam yang berfungsi untuk isi pembicaraan) yang teletak pada jawab qasam.[9] Al-Imran
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ) ١٨٦(
“Kamu sungguh-sunguhakan diuji terhadap hartamu dan dirimu”. (QS: Al-Imran : 86)
D. Faedah Qasam dalam al-Qur’an
Bahasa Arab mempunyai keistimewaan tersendiri berupa kelembutan ungkapan ]dan beraneka ragam uslubnya sesuai dengan berbagai tujuan. Orang yang dihadapi pembicaraan ada beberapa keadaan, yang dalam ilmu ma’ani dikatakan adlrubul khabar,  yaitu: ibtidai, thalabi dan ingkari.
Mukahatab terkadang  seorang berhati kosong (kholiyuz zihni), sama sekali tidak mempunya persepsi akan pernyataan yang diterangkan kepadanya, maka perkataan yang disampaikan kepadanya tidak pwerlu memakai penguat (ta’kid), penggunaan perkataan yang demikian dinamakan ibtidai.
Terkadang ia ragu-ragu tentang kebenaran yamg disampaikan kepadanya. Maka perkataan untuk orang ini sebaiknya diperkuat dengan suatu penguat guna menghilangkan keraguannya. Perkataan demikian dinamakan thalabi.
Dan terkadang ia ingkar atau menolak isi pernyataan. Maka pembicaraan untuknya harus disertai penguat sesuai kadar keingkarannya, kuat atau lemah. Pembicaraan demikian dikatakan inkari.
Qasam merupakan salah satu penguat yang masyhur untuk memantapkan atau memperkuat kebenaran sesuatu didalam jiwa. Al-Qur’an al-karim diturunkan untuk seluruh manusia, dan manusia mempunyai sikap yang bemacam-macam terhadapnya. Diantaranya ada yang meragukan, mengingkari dan ada pula yang memusuhi. Karena itu dipakailah aqsam dalam Kalamulllah, guna menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatan khabar dan menetapkan hukum denga cara yang paling sempurna.[10]
E. Hikmah Sumpah Dalam Al-Qur’an
     Sebelum menguraikan hikmah sumpah dalam al-qur’an perlu  diketahui, bahwa Allah dalam bersumpah tak pernah memakai lafal حلف melainkan senantiasa melafalkan atau kata kerja أقسم atau cukup dengan huruf (adat) qasam tanpa menyebut lafal tersebut. Lafal حلف berbeda konotasinya dari أقسم sebab lafal حلف tidak menjamin bahwa si pelaku sumpah (muqsim) berada diatas kebenaran, boleh jadi ia berbohong seperti diiyaratkan Allah dalam ayat 56 at-Taubah:
وَيَحْلِفُونَ بِاللّهِ إِنَّهُمْ لَمِنكُمْ وَمَا هُم مِّنكُمْ وَلَـكِنَّهُمْ قَوْمٌ يَفْرَقُونَ )٥٦(
“Dan mereka (orang-orang munafik) bersumah dengan nama Allah bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu, padahal mereka buan golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut kepadamu”. (QS: At-Taubah, 56)
Dan juga surah al-Maidah 89:
ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ
“Itulah kafarat (tebusan) sumpahmu apabila kamu bersumpah (kemudian kamu langgar)” (QS: Al-Maidah, 89)
       Tampak jelas dengan dua ayat tersebut  lafal حلف dipaka untuk mengambarkan suatu yang boleh jadi si pelakunya (muqsam) berbohong seperti ayat pertama atau sumpah tersebut dilanggarnya seperti pada ayat kedua.
      Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bersumpah dengan حلف belum tentu pelakunya (muqsim) berada diatas kebenaran, tidak mustahil dia berpura-pura agar orang lain percaya maka dia bersumpah. Disinilah terletak antara lain perbedaan konotasi dua lafal sumpah itu, tidak salah bila dikatakan bahwa tidak dapat digunakannya lafal حلف itu untuk sumpah oleh Allah dalam al-qur’an menjadi salah satu indikasi bahwa semua sumpah yang terdapat dalam al-qur’an  adalah benar, tidak pura-pura apalagi berbohong.[11]
      Penetapan ketentuan sumpah dari Allah sebenarnya untuk menghapus tradisi sumpah. Dengan adanya sumpah dalam al-Qur’an, berarti ketentuan sumpah mengikat terutama orang-orang Islam. Al-Bukhari, dalam bukuya  Mahasin Al-Islam wa Syara’i Al-Islam, telah menuturkan rahasia-rahasia dibalik penyebutan nama Allah dalam bersumpah, yaitu
1. Melalui sumpah seseorang mengekspresikan pemuliaan hatinya terhadap Allah dengan menyebut nama-Nya.
2. Menghiasai pembicaraan dengan menyebut nama Allah, salah satunya bagi lisan adalah memuji Allah.
3. Huruf yang diperkenankan untuk dipakai ketika bersumpah adalah ba, ta, dan wawu.
4.  Terkadang Allah bersumpah dengan cara menggunakan huruf nafi (لا) al-Qiyamah:
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Aku bersumpah dengan hari kiamat. (QS: Al-Qiyamah,1)
5. Seandainya seseorang bersumpah untuk tidak mengerjakan shalat dan puasa ramadhan, maka batallah sumpahnya.[12]









Penutup
Sumpah atau qasam adalah suatu mekanisme yang teramat penting dalam berkomunikasi  antar sesama manusia sebab kepercayaan orang lain sangat diperlukan. Aqsamul qur’an ialah yang membicarakan tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam ayat-ayat al-qur’an.
Qasam merupakan salah satu penguat yang masyhur untuk memantapkan atau memperkuat kebenaran sesuatu didalam jiwa. Al-Qur’an al-karim diturunkan untuk seluruh manusia dan manusia mempunyai sikap yang bemacam-macam terhadapnya. Dengan adanya sumpah dalam al-Qur’an, berarti ketentuan sumpah mengikat terutama orang-orang Islam.



[1] Ahmad Ustuhri dkk, ­Qawaid Tafsir. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), 201.
[2] Ahmad Syadali, ahmad rofi’i, Ulumul Qur’an 2. (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 45.
[3] Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),  219-221.
[4] Nasruddin Baidan Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 210.
[5] Halimuddin. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 2, ( Jakarta: Renika Citra,1995),  121.
[6] Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 212-213.
[7]Ahmad Ustuhri, dkk. ­Qawaid Tafsir,  (]Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014),  201
[8]Terjemah Mudzakkir. Studi IlmuIilmu al-qur’an, ( Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa), 417.
[9]Rosihan Anwar. Ilmu Tafsir,  (Bandung: Pustaka Setia, 2005).  132-134.
[10] M. Hasbi ash-Shidieqie. Ilmu-Ilmu al-Qur’an, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1967), 169-170.
[11] Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2005),  219.

[12] Rosihan Anwar, ilmu Tafsir,  (Bandung: Pustaka Setia, 2005),  137-139.
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==